Hari ini adalah Sabtu, yang berarti hari persiapan bagi kaum kristen dalam rangka menyongsong hari Minggu, sebagai hari beribadah bagi mereka. Faktanya, ada banyak hal yag dilakukan oleh orang kristen di hari Sabtu. Kebanyakan dari mereka terjebak dalam propaganda kaum kapitalis untuk menikmati hari Sabtu sebagai hari libur, pergi ke pusat-pusat hiburan bahkan sampai jauh malam dan mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk membeli berbagai bentuk hiburan yang ditawarkan. Jadi, jika disurvey maka saya hampir yakin bahwa hanya sedikit orang Kristen yang mempersiapkan diri secara serius menyongsong hari minggu yang secara dogmatis mereka imani sebagai “harinya Tuhan”.
Meski harus saya kaui bahwa saya ini lebih sering bertindak layaknya kaum hedonist di hari Sabtu, tetapi kali ini saya pingin meluangkan waktu untuk berbagi dengan Sidang Pembaca mengenai sesuatu yang mungkin bermanfaat untuk bekal di hari minggu besok. Paling tidak, apa yang saya tulis ini bisa menjadi batu peringatan bagi saya pribadi dan syukur alhamdulillah jika berguna juga bagi Sidang Pembaca sekalian. Mari kita mulai.
Apa itu Salib?
Hampir tidak ada orang kristen yang tidak mengenal istilah “pikul salib” ini. Bahkan anak-anak TK yang rajin ke sekolah minggu, pasti kenal dengan istilah populer ini. Jadi mungkin hanya anak-anak yang malas ke sekolah minggu sajalah yang tidak mengenal istilah ini.
Berbicara mengenai “pikul salib”, ada dua kata yang masing-masing memiliki arti tersendiri bagi orang kristen. Tetapi fokus utama biasanya ada pada kata “salib”. Jika kita membaca kitab suci Perjanjian Baru (PB), terutama Injil-Injil sinoptik, kita akan menemukan cukup banyak kata ini di sana. Kata “salib” ini begitu terkenalnya di dunia sehingga International Standard Bible Encyclopedia (ISBE) menyebutkan demikian, No word in human language has become more universally known than this word, …, dst. Saya pikir, ISBE pasti benar karena kata ini memiliki kaitan erat dengan peristiwa kematian Yesus Kristus 2000-an tahun yang lalu di Yerusalem.
Kata ini tidak dikenal dalam bahasa Ibrani dan karena itu tidak ditemukan dalam kitab suci Perjanjian Lama (PL). Salib adalah terjemahan dari kata latin, “crux”. Dalam bahasa Yunani disebut, “stauros”, atau seringkali kita temukan dalam PB disebut juga “skolops” sebagai kata lain dari stauros. Dalam beberapa catatan yang saya temukan, SALIB memiliki paling tidak empat bentuk yaitu “crux immissa” adalah bentuk salib seperti yang digunakan untuk menyalibkan Yesus. Ada “crux commissa” atau salib Anthony yaitu salib berbentuk huruf T. Lalu “crux simplex” yaitu salib yang hanya terdiri atas satu tiang. Terakhir adalah “crux decussata” atau salib Andrew yaitu salib berbentuk huruf X.
Mengenai pengertian kata “salib” sendiri, saya temukan penjelasan singkat tapi jelas dalam Bible Dictionary oleh Andrew Robert Fausset sebagai berikut, The instrument of a slave’s death, associated with the ideas of pain, guilt, and ignominy. Jadi, semacam alat untuk menghukum mati para budak yang divonis bersalah. Tapi dalam Smith’s Bible Dictionary by Dr. William Smith, saya menemukan penjelasan tambahan bahwa salib juga belakangan digunakan oleh Penguasa Romawi untuk menghukum mati para Penjahat atau Pembunuh. Secara umum kita tahu sekarang bahwa salib adalah sesuatu yang berhubungan dengan perilaku melanggar hukum atau istilah lasimnya yaitu, DOSA.
Salib Dalam Pandangan Kristen
M.G. Easton M.A., D.D. dalam Illustrated Bible Dictionary, melaporkan bahwa setelah Kaisar Konstantin menjadi penganut agama Kristen, salib lalu secara resmi digunakan sebagai simbol kekristenan. Penjelasan yang agak rinci saya temukan dalam ISBE. Di sana disebutkan bahwa pada dasarnya makna salib ini dapat dipetakan ke dalam dua pandangan besar yaitu: (a) makna esktra Alkitab dan (b) makna yang bersumber dari Alkitab.
Makna Ekstra Alkitab
Penggunaan salib dapat ditemukan simbol simbol-simbol dari beberapa peradaban kuno. Bagi orang-orang mesir kuno, salib adalah simbol kesucian dan keabadian yang ditemukan dalam kuil Serapis. Juga di kalangan orang Yunani dikenal salib dalam bentuk huruf T.
Spaniards menemukan bahwa salib juga dikenal oleh orang Meksiko dan Peru, sebagai simbol empat elemen (udara, air, tanah, dan api), atau simbol empat musim, atau simbol empat arah mata angin.
Makna Alkitabiah
Penderitaan dalam peristiwa penyaliban telah membuat secara alamiah salib dimaknai sebagai lambang kesusahan, kesakitan, kesedihan, kekecewaan, kegelisahan dan berbagai bentuk beban hidup lainnya yang menimpa setiap orang. Karena itu, Yesus lalu menggunakan makna ini dalam pengajaran kepada para murid-Nya (mhn baca sendiri: Matius 10:38 dan 16:24). Dalam literatur Paulinis, salib digunakan sebagai alat pengajaran doktrin pencerahan/atonement (baca: I Kor 1:18; Gal 6:14; Flp 3:18; dan Kol 1:20). Bagi Paulus, salib menggambarkan hubungan persekutuan antara Yahudi dan no-Yahudi (bc: Ef 2:16), orang percaya dengan Kristus, dan juga simbolisasi orang-orang yang taat/kudus (bc: Gal 5:24).
ISBE menyimpulkan bahwa salib adalah pusat dan koridor ajaran dan tradisi para Rasul, serta pedoman hidup para Jemaat mula-mula. Paulus mengajarkan bahwa salib Kristus mengubah sakit-penyakit menjadi berkat (bc: Gal 3:13-14).
Sidang Pembaca yang terhormat, eksplorasi Alkitab yang diuraikan di atas menunjukkan bahwa salib bagi orang kristen adalah lambang kesulitan hidup yang melanda setiap mereka. Salib adalah tatanan nilai kristiani yang diteladankan Kristus sepanjang hidupnya yang berakhir pada via dolorossa dan berpuncak pada Golgota. Kerelaan dan keikhlasan menanggung beban hidup demi kasih-Nya kepada manusia. Asal orang lain bisa merasakan kedamaian, ketentraman hati, dan keselamatan, Dia rela untuk menderita bahkan menderita sampai mati di di golgota.
Strategic-based Behavior
Ungkapan ini seringkali digunakan oleh mereka-mereka yang berkecimpung di dunia manajemen dan tata kelola (governance). Lho, lalu apa hubungannya dengan urusan pikul salib? Kok ujug-ujug (buat yg gak ngerti, ini bahasa sunda artinya, “tiba-tiba”) ngomong manajemen di sini? Apa hubungannya dengan iman kristen yang dogmatis?
Sidang Pembaca yang saya hormati, pikul salib itu adalah sebuah perilaku kristiani. Saya melihat ada hubungan antara pikul salib ini dengan strategic-based behavior. Tapi, sebelum lebih jauh mengenai hubungan itu, saya pingin jelaskan dulu apa itu strategic-based behavior yang saya ketahui.
Strategi-based behavior ini adalah ungkapan yang digunakan orang-orang manajemen untuk menggambarkan hubungan antara tindakan dilapangan dengan perencanaan yang dibuat. Orang-orang manajemen percaya bahwa pencapaian tujuan hanya dapat berhasil baik jika tujuannya dapat dijabarkan menjadi strategi. Strategi yang baik adalah yang dapat dipraktekkan dalam aksi-aksi nyata di lapangan karena memiliki indikator-indikator yang jelas sebagai ukuran keberhasilan. Dengan demikian, tindakan-tindakan yang mengarah pada pencapaian tujuan adalah tindakan yang selaras dengan strategi yang ditetapkan.
Sidang Pembaca sekalian, dengan demikian bahasa ringkasnya, strategic-based behavior adalah suatu bentuk sikap dan tindakan seseorang atau sekelompok orang yang selaras dengan misi atau peran yang sementara diemban oleh mereka. Strategic-based behavior pada dasarnya adalah bertindak selaras dengan tujuan atau misi yang diemban. Tentu, strategi yang adalah penjabaran misi sekaligus sebagai kerangka untuk bertindak harus selaras pula, toh…
Strategic-based Behavior dan Pikul Salib
Lalu apa hubungannya dengan pikul salib?
Yesus bersabda, “dan orang yang tidak mau memikul salibnya dan mengikuti Aku tidak patut menjadi pengikut-Ku” (Mat 10:38). DR John Gill dalam John Gill’s Exposition of the Entire Bible, menjelaskan bahwa dengan menggunakan makna salib, Yesus menginginkan bahwa setiap orang kristen harus melaksanakan misinya, yaitu bersaksi tentang Injil Kerajaan Allah, dengan cara siap menderita demi kesetiaan meneladani Kristus yang sudah terlebih dahulu melakukan misi itu.
Apa itu teladan Kristus? Yaa setia dan konsisten pada misi-Nya. Apa misi yang diemban Kristus? Rasanya kita tidak lupa bahwa Kristus datang untuk menciptakan perdamaian manusia dengan Allah dengan nyawa adalah harga tebusan. Dengan demikian, kita tahu bahwa penderitaan Kristus pada via dolorossa bukanlah sebuah kekonyolan yang fatalistis. Karena misi-Nya ke dunia ini memang untuk mati seperti itu.
Jadi, hikmah dari pikul salib yang Yesus tunjukan saat itu adalah bukanlah pada aksi pembiaran diri untuk dianiaya dan dipukuli tanpa melakukan pembalasan, tetapi justru pada ketataan dan konsistensi pada misi-Nya. Pembiaran diri untuk dianiaya, kita tahu hanya terjadi pada saat itu. Sebelum dan sesudahnya, Yesus tidak pernah mengijinkan hal yang sama terjadi lagi. Kenapa? Karena situasi berbeda dan misi yang diemban juga berbeda pula. Jika sebelum peristiwa penyaliban, Yesus tidak pernah membiarkan kaum Farisi bertindak kejam terhadap diri-Nya, maka sesudah itupun reaksi Yesus atas tindakan kejam Paulus misalnya, tidak dalam bentuk pembiaran. Jadi, ada fenomena situational acion di sini, yaitu bertindak dengan pendekatan yang berbeda-beda sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dan strategi saat itu.
Sidang Pembaca yang saya hormati. Kita tahu sekarang bahwa makna pikul salib yang diteladankan oleh Yesus adalah bahwa setiap orang kristen harus siap bertindak selaras dengan misi dan strategi yang sedang diembannya. Misi Yesus adalah mati karena menanggung siksaan akibat dosa-dosa manusia. Karena itu peristiwa penyaliban terhadap-Nya adalah strategi guna pencapaian misi tersebut. Karena itu pula, keliru sekali jika kita memaknai “pikul salib” dalam arti pembiaran terhadap kesewenangan. Penderitaan yang harus dialami adalah konsekwensi dari misi dan strategi, tetapi itu bukanlah misi dan strategi itu sendiri.
Jika begitu, maka mulai hari ini seharusnya anda lebih ikhlas dan cerdas untuk memikul salib dan mengikuti Yesus. Ingatlah pada misi anda pada saat itu, buatlah strategi sebagai kerangka tindakan, dan bertindaklah selaras dengan itu. Siap-siaplah menanggung segala konsekwensinya, karena itulah makna sesungguhnya dari “pikul salib”.