cinta. untuk apa?

Posted: November 18, 2008 in Renungan
Tag:
Dear sahabat blogger,

Ada 3 kutipan “perkara” yang mendasari tema posting saya kali ini:

1. Ajakan sebahagian sahabat, adik, saudara atau siapapun mereka itu (karena terhadap anonim sebenarnya kita tidak tahu apa-apa – tapi biarkan begitu) yang memberikan suatu tawaran kepada saya, yaitu agar saya mempersiapkan diri guna masuk ke dalam proses pemilihan bupati di kabupaten yang bernama “x” yang akan didirikan pada tahun ke-y. Aha, tawaran yang menggiurkan….hmmmmm lezaaaaaatttttt……..

2. Di bagian komentar pada posting lama (I have a dream), ada kutipan berita yang cukup mencengangkan, dan saya mencoba mencari sumber informasi aslinya guna memastikan, bahwa propinsi NTT memegang rekor jumlah calon anggota legislatif. Terdapat sekitar 1.086 orang calon legislatif (caleg) Nusa Tenggara Timur (NTT) yang harus memperebutkan 55 kursi yang tersedia di DPRD NTT. Lantas, ini lebih mencengangkan, terdapat lebih dari 10.000 caleg dari 20 kabupaten kota/kota di NTT yang akan memperebutkan 650 kursi.

3. Sejak pagi saya berada di kampus dan lalu tertahan lebih dari 3 jam karena mahasiswa beberapa fakultas terlibat tawuran yang menyebabkan polisi terpaksa masuk ke dalam kompleks kampus dan melerai dengan menggunakan beberapa metode penangkal hura-hara. Kabar terakhir, perkelahian tersebut menyebabkan 1 mahasiswa tewas dan belasan luka-luka , termasuk 2 orang aparat Apakah untuk itu tujuan orang tua mengirim para “jagoan” itu mengikuti perkuliahan?

3 hal di atas sepintas berbeda tetapi ada satu hal di dalamnya yang menyatukan-nya. Lalu kita, eh sori…….bukan kita tapi saya menjadikannya sebagai tema posting. Apa kesamaannya? Adalah ini: ketiganya berbicara tentang kekuasaan. Yang pertama adalah potensi kekuasaan pada tataran eksekutif, yang kedua adalah potensi kekuasaan di areal legislatif dan ketiga adalah unjuk kekuasaan karena adanya pengelompokan entitas. Satu entitas merasa berbeda dari entitas lainnya lalu memaksakan terjadi sub-ordinasi. Satu pemenang, lainnya pecundang. Hari ini bertikai hanya karena berbeda fakultas. Besok berkelahi karena berbeda suku. Lusa dan besok lusanya saling membunuh karena berbeda agama, ideologi dan lain-lain.

Haramkah kekuasaan? Tidak. Kekuasaan bagaikan pisau. Cuma “barang netral”. Pisau untuk memotong. Kekuasaan untuk mengatur. Baik-baik saja. Masalahnya, seberapa netral kekuasaan itu?. Kita mulai dari mencari tahu apa defenisi kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002). Pakar lain (Ramlan Surbakti, 1992) mengatakan bahwa Kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang mempengaruhi. Jelas sudah bahwa berbicara tetang kekuasaan berarti berbicara tentang relasi antara manusia. Relasi sosial. Jika benar begitu maka dalam filsafat manusia dikenal 3 sikap dasar dalam membicarakan interelasi sosial, yaitu:

Kebencian, yang oleh karenanya (principe d’etre) orang mencoba memutuskan atau membatasi pertaliannya dengan orang lain. Sartre mengatakan celui qui me regarde (dia yang melihat aku akan berniat menghancurkan daku). Apa lu, kok liat-liat gue….nantang ya……
Ketidak acuhan, yaitu sifat yang memandang manusia lainnya adalah benda, yang meskipun lebih dari sekedar benda,yang mendiami ruangan yang sama tetapi tetaplah benda. Koran dicari-cari untuk dibaca tetapi setelah itu dibuang ke tempat sampah. Luypen mengatakan bahwa saya hanya perduli kepada seseorang bukan karena dia adalah orang tetapi karena adalah kepentingan. Habis kepentingan maka orang akan berubah menjadi benda biasa yang mengisi ruang yang sama dengan saya (nieuwe inleiding tot exixtentiele fenomenologie). Elo elo, gue gue. Kalo gue butuh, elo kudu siap tapi pas giliran elo butuh ya nyari sendiri…..
Cinta, adalah recontre aimantre (Leenhowers). Suatu perjumpaan yang amat manusiawi . Ya, perjumpaan di antara pihak-pihak yang saling mengayomi, dua pihak yang saling memberikan diri dan menerima apa adanya justru karena menyadari jati dirinya sendiri. Saya mau mengasihi kamu bukan karena kamu penting bagi saya (recontre intramondeine) tetapi kamu memang saya kasihi. Pantas atau tidak pantas. Maka, cinta adalah keluar dari diri menuju atau menghadap orang lain. Cinta adalah tanggapan atas himbauan. Cinta adalah menciptakan kebaikan bagi orang lain. Cinta merangkum segalanya dan….cinta tidak selalu harus timbal balik. Cinta hanya untuk memberi, tidak untuk mengambil kembali.

Dengan ciri-ciri cinta seperti yang dikemukakan di atas maka tidak ada kata lain yang lebih tepat untuk melukiskan kekuatan cinta selain DAHSYAT. Namun, sayang sekali, cinta justru sulit dikerjakan. Leenhouwers mengatakan bahwa mencetuskan kebencian amat mudah. Acuh-tak-Acuh, bukan perkara sulit. Tetapi mencintai, adalah perkara yang teramat sangat sulit. Kadang-kadang kita mengatakan cinta tetapi sebenarnya hanya nafsu yang merupakan bentuk dari recontre intramondeine (ketidakaacuhan). Mengaku cinta lantas harta benda ditaburkan tetapi imbalannya adalah penyerahan jiwa raga pihak yang satu kepada yang lainnya secara total. Pasrah laksana budak jaman baheula. Di mulut berkata cinta tapi mata nyalang melihat kesempatan untuk menggunting dalam lipatan ketika yang di sana lengah terbuai. Katanya cinta tetapi itu hanya berarti jika kamu tunduk kepada semua kemauan saya, apapun saja kemauan saya. Bilangnya cinta tetapi setelah itu berkelahi tidak karuan juntrungan. Saudara ditipu. Anak dihajar habis. Nyak en babe dibohongin. Isteri ditelantarkan. Suami didiamin. SMS alias sahabat makan sahabat.

Cinta ternyata adalah hal terindah yang bisa dilakukan manusia tetapi sayangnya, justru hal yang teramat sulit untuk direalisasikan. Itulah sebabnya, peperangan ada di mana-mana. Itulah sebabnya, pemboman di Bali dianggap kejahatan oleh yang satu tetapi dianggap pahlawan oleh yang lainnya. itulah sebabnya, UUP diangga kewajaran oleh yang di sini meski yang di sana menganggapnya sebagai ketersingkiran. Lidah memang tidak bertulang. Elu begini gue begitu. Mengapa cinta sulit dikerjakan? Jawaban yang diberikan Louis Leahy sungguh mengejutkan, yaitu ekistensi yang memberontak. Apa ini? Manusia menemukan dirinya adalah campuran aneh antara kesadaran dan barang. Kesadaran menyebabkan manusia bersikap seolah-olah tunduk kepada aturan-aturan hidup tetapi dalam faktanya manusia bertindak protektif dan bahkan ekspansif guna menjaga eksistensi dan lalu menggandakan dirinya melebihi benda lain di sekitarnya. Mudahnya begini, saya seolah-olah menyayangi ana-anak saya tetapi sebenarnya mereka tidak lebih dari jongos-jongos yang dapat saya perintah apa saja. Kewajiban mereka cuma 1, yaitu taat mutlak terhadap orang tua. Anak perempuan diperintah supaya kawin sama bandot tua juga oke saja asalh saya mendapat imbalan materi yang lumayan. Para calon pejabat ketika masih calon wuuiiihhhhh perhatiannya luar biasa kepada masyarakat tetapi sesudah terpilih menengok saja tidak. Cinta sulit dikerjakan karena manusia pada dasarnya suka berpura-pura, menipu dan licik hanya agar dirinya survive. Sesamanya adalah ancaman dan oleh karena itu wajib ditaklukan dan dikuasai. Dan , maaf, itu semua bukan cinta.

Pada titik inilah saya ingin belajar dari pengalaman proses pembentukan agama orang Israel. Pada dasarnya agama Israel berasal dari 3 bentuk agama, yaitu agama nenek moyang atau bapa leluhur mereka (Abraham/Ibrahim), agama Ibrani Kuno yang merupakan percampuran agama para bapa leluhur dan kaum Kanaani serta agama yang diperoleh pasca keluar dari perbudakan di Mesir. Meski pada dasarnya di antara ketiga agama asali kaum Israel itu berbeda tetapi untuk 1 hal mereka akan mutlak sama, yaitu eksistensi Yahweh yang tidak ada duanya. Yahweh bukan kepala dari illah-illah. Dia adalah Yahweh yang Esa. Satu-satunya. Dialah pusat dari segala Cinta orang Israel. Yahweh mencinta Israel. Israel juga mencintai Yahweh. Bahwa Agama Israel kontemporer terlihat sebagai berbagai varian dari agama-agama asli tetapi Israel percaya bahwa Yahwehlah yang menentukan begitu. Mereka belajar untuk berproses dan menerima apa yang sudah ditentukan oleh Yahweh. Yahweh amat berkuasa dan kekuasaannya jauh mengatasi semua daya dan cipta manusia.

Mengapa untuk dapat mengerjakan cinta saya harus berpaling kepada pengalaman orang Israel?. Anda boleh setuju atau tidak setuju dengan keputusan saya tetapi harap dicatat hal yang berikut ini, yaitu bahwa dari kelompok kaum Pagan Semit, orang Israel-lah yang pertama kali berhasil menjembatani 3 dimensi hubungan manusia dengan sekitarnya, yanitu dengan alam, dengan sesama dan masyarakat serta dengan sesuatu yang melebihi daya diri yang disebut Tuhan. Sikap terhadap alam adalah berkerja. Sikap terhadap sesama adalah komunikasi atau interaksi. Sikap terhadap Tuhan adalah berdoa. Di sinilah jasa terbesar orang ISrael terhadap peradaban dunia. Sikap ini adalah asal muasal bersikap rasional dalam sosial interelasi. Anda, saya dan kita semua equal di depan Yahweh yang amat berkuasa itu.

Orang Israel memutuskan bahwa orientasi doa mereka hanya kepada Yahweh. Mengarahkan doa kepada alam dan sesama adalah tahyul dan berhala. Mereka tidak memuja alam. Mereka tidak memuja manusia. Mereka hanya memuja dan berdoa kepada Yahweh. Implikasi dari sikap ini adalah bahwa terhadap alam, manusia merawatnya karena alam adalah pemberian Yahweh. Terhadap sesama, manusia harus berkomunikasi. Sikap dasar dalam berkomunikasi adalah cinta kasih. Dalam perspektif cinta kasih maka semua harus dianggap equal. Setara. Tidak ada tuan dan jongos dalam komunikasi. Tidak boleh ada atasan dan bawahan meski struktur itu ada. Atasan harus mau melepas atribut atasannya. Bawahan harus keluar dari inferiority complex-nya dan berbicara. Tidak boleh juga ada struktur saudara tua dan saudara muda. Semua harus setara. Saudara ya saudara. Mengapa semua hirarki-hiraki relasi itu harus dihilangkan. Ya, karena hirarki memberikan petunjuk bahwa bukan Yahweh yang dipuja tetapi diri sendiri dan sesama. Dengan cara ini maka cinta sejati tidak akan pernah ada. Dikiranya cinta padahal exploitasi alam. Dikiranya cinta, ternyata nafsu menguasai belaka. Lain halnya dengan ini, yaitu ketika cinta hanya diarahkan kepada Allah maka ada sesuatu yang berdimensi Ilahi yang akan diberikan kepada kita, (saya pernah membahas barang perkara ini) yaitu KASIH.

Kembali ke 3 persoalan awal. Mau jadi bupati, anggota dewan atau menang dalam pertengkaran dan perkelahian? Ah, ternyata semua itu tidak esensial. Hal terpenting, dan oleh karena itu paling esensial adalah, MILIKILAH CINTA. Dengan Cinta, anda akan mampu merawat alam. Dengan KASIH anda pasti mampu melayani sesama. Kalau cinta yang anda cari maka yakinlah Allah akan memberikannya kepada semua yang berkenan kepada-NYA. Lantas, segala sesuatu akan ditambah-tambahkan kepadamu. Apakah masih ada yang meragukan makna persahabatan, kebaikan dan kasih sayang? Entahlah anda tetapi saya, tidak.

Tabe Tuan. Tabe Puan

Komentar
  1. Anonim berkata:

    no comment but verry good posting. bravo

  2. Anonim berkata:

    wow, emang good posting. Bisakah dijelaskan lebih jaun tentang pribadi yang memberontak?

  3. Anonim berkata:

    ada kesan Israel menjadi teladan. Apakah yang penulis bermaksud mengatakan bahwa zionis kejam haus darah itu adalah teladan? Jangan keblinger.

  4. Anonim berkata:

    Penulis is zionist? get out from Indonesia

  5. Anonim berkata:

    verry good posting. Smart. Harus dibaca lebih banyak orang. Promosikan dong blog ini

  6. Anonim berkata:

    hmm penulis blog zionist? Cara berpikir yang picik (Moshi)

  7. mikerk berkata:

    I’m not a zionist. Saya orang indonesia. Tidak lebih. Tidak Kurang. Tabe puan en tuan

  8. Norman berkata:

    hanya orang bodoh yang berpikiran sempit yang mengatakan penulis zionist. baca inti tulisannya dan jangan melenceng ke kiri-kanan, atas-bawah maka anda akan mendapatkan inti dari tulisan ini. heran. tulisan tentang cinta tapi ada ada yang dengan begitu payahnya mengatakan hal yang sebaliknya

Tinggalkan Balasan ke Norman Batalkan balasan